Langsung ke konten utama

Mengapa Negeri Syariat tidak Bersyariat? Menjelaskan Anomali Sosial di Aceh

Aceh sebagai daerah yang berlaku syariat Islam namun marak muncul kasus yang mencoreng citra syariat. Tulisan berikut mencoba menganalisis persoalan kompleks ini, salah satunya adalah makin berjaraknya Islam dan syariat dari alam pikiran dan kesadaran generasi muda Aceh.  Tulisan ini merupakan tanggapan dari tulisan Putri Balqis Vilza berjudul Anomali Sosial dalam Pelaksanaan Syariat Islam di Aceh yang ditulis di laman website kba13.com milik Prof. Kamaruzzaman Bustamam-Ahmad. Putri coba mengangkat keresahannya mengenai maraknya angka bunuh diri pada mahasiswa, operasi tangkap tangan pasangan non muhrim, menjamurnya industri asusila, terjaringnya pasangan penyuka sesama jenis (Liwath/Musahaqah), sampai mewabahnya tindak kekerasan hingga pembunuhan yang terjadi di Aceh, padahal di Aceh berlaku Syariat Islam. Kamarruzzaman Bustamam Ahmad dalam salah satu artikelnya menyimpulkan bahwa kasus bunuh diri di kalangan mahasiswa disebabkan oleh beberapa faktor diantaranya: Lingkungan pertem...

Orang Aceh di Malaysia, Ibarat Imigran Asal Sicilia di New York


Kehidupan modern punya kecenderungan merenggangkan tatanan keluarga. Nilai, norma, dan sistem tatanan moral pertama kali dibentuk dalam tatanan sistem keluarga. Rusaknya tatanan keluarga adalah awal dari hancurnya sebuah bangsa. 

Warga keturunan asal Sisilia, wilayah di Selatan Italia yang banyak berhijrah ke Amerika Serikat, di antaranya kota New York, mereka turut membawa sistem tatanan keluarga, sosial, dan kebudayaan di kampung asal mereka ke tempat mereka hijrah. 

Dalam menghadapi kehidupan modern, mereka bertahan dengan tradisi. Tradisi bagi warga Sisilia adalah ruh yang harus dipertahankan. Mereka menjaga sistem kekerabatan, sistem keyakinan dari agama kristen katolik yang juga sangat mempengaruhi tradisi mereka. Tiap warga Sisilia yang lahir dan dibaptis, mereka punya bapak baptis. Biasanya adalah tokoh dari keluarga feodal berpengaruh yang menjadi bapak baptis bagi anak-anak mereka. 

Tradisi yang merekatkan sistem kekerabatan dan sosial juga menjadi kekuatan mereka dalam membangun jejaring bisnis hingga banyak muncul tokoh-tokoh besar keturunan Sisilia yang berjaya di New York. 

Dalam tradisi warga Sisilia, ada keluarga-keluarga berpengaruh, dimana kepala keluarganya dipanggil Don, tokoh ini menjadi patron yang menjamin kelangsungan hidup mereka yang berada di bawah jejaring sub-ordinatnya. Jejaring patron-klien ini sudah ada sejak mereka belum hijrah ke AS. 

Sebagai masyarakat yang mempertahankan karakteristik komunal, maka mudah bagi mereka untuk bekerja sama membangun sebuah kekuatan di tengah masyarakat urban AS yang kehidupannya sudah cenderung individual. Mereka tidak punya banyak orang untuk bisa digerakkan untuk tujuan tertentu. 

***

Praktik masyarakat komunal Sisilia di New York yang sudah ditulis di banyak novel dan difilmkan dalam banyak film bergenre Mafia ini bisa kita lihat dari kehidupan masyarakat Aceh di Kuala Lumpur. Masyarakat Aceh di Kuala Lumpur dengan warga Sisilia di New York hampir mirip. Meski tidak ada istilah seperti Don. Namun mereka punya kemiripan yang tak tampak jika diperhatikan.

Orang-orang Aceh di Kuala Lumpur banyak melahirkan tokoh-tokoh yang cukup berpengaruh secara sosial dan politik. Mereka juga cukup sukses dalam dunia bisnis gerai retail di ibukota negeri Semenanjung Melayu itu. Ada beberapa gelombang kedatangan orang Aceh di Malaysia yang tiap gelombang/fase kalau di lihat dalam periodesasi waktu, punya perbedaan masing-masing. 

Kesempatan kemarin, saya sempat mengunjungi seorang yang saya anggap bos dalam bisnis di sebuah rumah makan di Chow Kit, Little Italia-nya Kuala Lumpur bagi warga Aceh. Kami berbincang banyak hal dengan santai. Banyaknya yang kami bincangkan adalah perihal kampung halaman. Soal keadaan masyarakat di Aceh, geliat pasar, dan juga hal remeh-temeh lain yang memancing gelak tawa. 

Di Malaysia, bisa dibilang mereka turut bergerak untuk membantu program-program keagamaan dan sosial kemanusiaan di kampung halaman. Mereka punya sense of belonging yang baik. Kontribusi dalam hal-hal kecil sudah menunjukkan niat baik mereka untuk membantu kampung halaman. 

Soal siapa orang Aceh ke depan yang menjadi leader atau Don. Ada tokoh yang sudah meninggal dan lanjut usia yang mana peran mereka perlu diganti oleh tokoh-tokoh muda yang cukup powerful dan masih punya tekad kuat untuk mempertahankan tradisi.

Salah satu diantara sekian tokoh Aceh paling berpengaruh adalah almarhum Tan Sri Sanusi Juneid. Beliau adalah mantan menteri di era Mahathir Mohammad. Beliau juga pernah menjabat Sekretaris Jendral UMNO, partai berkuasa di Malaysia di era Mahathir. Seperti Golkar di Indonesia.

Tan Sri Sanusi Juneid berasal dari Kampong Acheh di Yan, Kedah. Negeri federal di ujung Utara Malaysia. Kampung ini ada karena sejumlah imigran asal Aceh yang hijrah saat meletusnya Perang Aceh melawan invasi Belanda. Sebagian tokoh Aceh sengaja diungsikan ke Malaysia kala itu.

Di kampung tersebut, ceritanya, warga Aceh hidup dengan adat dan tradisi Aceh. Mereka juga masih menggunakan bahasa Aceh. Di kampung tersebut mereka dididik untuk mampu unggul dan bersaing dengan orang Melayu. Hingga akhirnya generasi Aceh pada masa itu banyak menjadi tokoh-tokoh yang berpengaruh di Malaysia.

Ketika terjadi konflik Aceh masa 80'an, Malaysia menjadi pilihan warga Aceh untuk menghindari konflik di kampung halaman mereka. Kini, Malaysia masih menjadi tujuan warga Aceh untuk merantau mencari kerja dan berharap mendapatkan penghidupan yang lebih baik.

Oleh: Jabal Sab

Mari dukung dan apresiasi karya ini dengan berdonasi, melalui link berikut: Trakteer

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Posisi Perempuan dalam Kasus Komersialisasi Asmara dan Industri Asusila di Banda Aceh

  Ilmuwan sosial dan akademisi kenamaan Aceh, Kamaruzzaman Bustamam-Ahmad (KBA), dalam tulisan di laman pribadinya mengangkat tentang kasus “industri asusila” (prostitusi terselubung yang sedang marak) di Banda Aceh. Ia coba menyibak fenomena tersebut sebagai sebuah masalah atau patologi sosial di masyarakat kita sebagai sebuah hal yang meresahkan. Namun ada yang luput dari amatan KBA, bahwa perempuan-perempuan itu bukan semata subjek yang memilih dengan kesadaran penuh untuk menjadi pelaku asusila. Perempuan-perempuan tersebut juga bisa kita lihat sebagai korban dari konstruksi sosial-budaya yang dibentuk oleh pergeseran budaya massa di kalangan generasi muda, yang berakar pada kapitalisme dan budaya konsumerisme. Lewat tulisan ini saya coba mengangkat sebuah fenomena relasi paling natural antara laki-laki dan perempuan yang biasanya terikat dalam hubungan asmara, namun kini muncul varian hubungan asmara baru yang bertransformasi menjadi hubungan yang cenderung artifisial, direkat...

Mengapa Negeri Syariat tidak Bersyariat? Menjelaskan Anomali Sosial di Aceh

Aceh sebagai daerah yang berlaku syariat Islam namun marak muncul kasus yang mencoreng citra syariat. Tulisan berikut mencoba menganalisis persoalan kompleks ini, salah satunya adalah makin berjaraknya Islam dan syariat dari alam pikiran dan kesadaran generasi muda Aceh.  Tulisan ini merupakan tanggapan dari tulisan Putri Balqis Vilza berjudul Anomali Sosial dalam Pelaksanaan Syariat Islam di Aceh yang ditulis di laman website kba13.com milik Prof. Kamaruzzaman Bustamam-Ahmad. Putri coba mengangkat keresahannya mengenai maraknya angka bunuh diri pada mahasiswa, operasi tangkap tangan pasangan non muhrim, menjamurnya industri asusila, terjaringnya pasangan penyuka sesama jenis (Liwath/Musahaqah), sampai mewabahnya tindak kekerasan hingga pembunuhan yang terjadi di Aceh, padahal di Aceh berlaku Syariat Islam. Kamarruzzaman Bustamam Ahmad dalam salah satu artikelnya menyimpulkan bahwa kasus bunuh diri di kalangan mahasiswa disebabkan oleh beberapa faktor diantaranya: Lingkungan pertem...

Hubungan Ulama dan Umara di Tiga Kerajaan di Nagan Raya: Peran Bersama Dalam Budaya Pertanian

Sebagaimana kuatnya peranan Ulama dalam mempengaruhi kebijakan kepemimpinan dalam Kesultanan Aceh, begitu pula dengan kerajaan-kerajaan kecil lainnya di Aceh. Hampir di setiap kerajaan kecil ini mempunyai ulama sebagai penasehat dan bahkan bisa dikatakan sebagai mitra kerja para raja. Para ulama ini ada yang menyebutnya sebagai Mufti dan sebagian tempat menjuluki mereka dengan sebutan Teungku Qadhi. Tanpa terkecuali termasuk Kerajaan Seunagan, Kerajaan Seuneu‘am dan Kerajaan Beutong Benggalang berada di wilayah yang kini dikenal sebagai Kabupaten Nagan Raya. Dimana dalam perjalanan sejarahnya, di ketiga kerajaan ini, hubungan para ulama dengan para raja sangatlah kental dan terjaga. Keterlibatan ulama dalam kepemimpinan di Nagan Raya sudah mulai terjalin kuat sejak era kerajaan, kuatnya hubungan ini juga mempengaruhi kebijakan pemerintahan raja-raja di Nagan. Bahkan hubungan semacam ini sudah menjadi hubungan emosional antara guru dan murid, sebagaimana hubungan antara Raja Seunagan Te...