Manusia adalah makhluk intuitif yang mampu memaknai dan merespon banyak hal secara tak terduga. Pernahkah kamu merasakan waktu begitu cepat berlalu ketika duduk semeja dengan wanita cantik idamanmu? Ya, saat itu satu jam rasanya sangat sebentar. Pernyataan ini diungkapkan oleh Einstein sebagai basis argumennya terhadap relativitas waktu. Persepsi kita terhadap waktu bisa sama sekali berubah. Pengalaman kita seringkali mengubah persepsi kita tentang waktu. Pengetahuan kita juga kerap mengubah persepsi kita tentang keadaan. Visi juga berpotensi mengubah segalanya. Di tempat yang secara statistik dihuni oleh orang-orang yang rata-rata miskin dengan fasilitas publik yang terbatas dan lingkungan yang buruk seperti perkampungan kumuh di Brazil sana, lahir pemain bola semisal Ronaldo dan Ronaldinho yang mampu mengguncang dunia. Mereka tak larut dengan kondisi dan lingkungannya. Mereka punya mimpi. Mimpi itu mampu membuat mereka mengubah keadaan, bukan keadaan yang mengubah mereka....
Foto: unsplash Di tengah dunia yang makin modern dan maju, banyak yang merasa bahwa kebaikan semakin langka. Manusia menjadi begitu rakus dan serakah. Kehidupan kita makin mengarah pada orientasi materi semata. Mungkin nilai-nilai moral dan budi pekerti menjadi semakin langka. Dunia hari ini yang dilatarbelakangi pemikiran bercorak kapitalisme memang melihat keuntungan materi atau profit sebagai suatu tujuan yang niscaya. Hal ini seringkali mengikis rasa kemanusiaan kita yang paling asasi. Manusia sejatinya identik dengan nilai, moral, keluhuran budi pekerti, semangat kebersamaan serta gotong-royong. Sementara dalam upaya meraih keuntungan, manusia seringkali menghalalkan segala cara. Kerakusan dan ketamakan menjadi sifat yang bukan saja dituruti, malah dianggap wajar. Kerakusan dan ketamakan yang mewabah itu mungkin bisa kita lihat dari perilaku sekelompok kecil orang-orang yang menguasai struktur politik dan ekonomi masyarakat, mereka disebut elit. Perilaku elit di dalam politik dan ...