Aceh sebagai daerah yang berlaku syariat Islam namun marak muncul kasus yang mencoreng citra syariat. Tulisan berikut mencoba menganalisis persoalan kompleks ini, salah satunya adalah makin berjaraknya Islam dan syariat dari alam pikiran dan kesadaran generasi muda Aceh. Tulisan ini merupakan tanggapan dari tulisan Putri Balqis Vilza berjudul Anomali Sosial dalam Pelaksanaan Syariat Islam di Aceh yang ditulis di laman website kba13.com milik Prof. Kamaruzzaman Bustamam-Ahmad. Putri coba mengangkat keresahannya mengenai maraknya angka bunuh diri pada mahasiswa, operasi tangkap tangan pasangan non muhrim, menjamurnya industri asusila, terjaringnya pasangan penyuka sesama jenis (Liwath/Musahaqah), sampai mewabahnya tindak kekerasan hingga pembunuhan yang terjadi di Aceh, padahal di Aceh berlaku Syariat Islam. Kamarruzzaman Bustamam Ahmad dalam salah satu artikelnya menyimpulkan bahwa kasus bunuh diri di kalangan mahasiswa disebabkan oleh beberapa faktor diantaranya: Lingkungan pertem...
Cerita ini terjadi jauh sebelum terbitnya surat edaran PJ Gubernur Aceh tentang pembatasan waktu operasi warung kopi hingga pukul 12 dini hari. Di satu momen menjelang pukul tiga pagi, saya mampir ke salah satu warung kopi terkenal di Banda Aceh yang buka 24 jam. Tampak jumlah pengunjung di warung kopi ini masih ditongkrongi sejumlah pengunjung. Tidak hanya di akhir pekan, saban hari kita dapat melihat warkop yang buka 24 jam punya segmentasi pasarnya sendiri, didominasi anak muda. Begadang adalah sebuah kemewahan bagi generasi pasca-konflik Aceh. Aceh telah merasakan nikmatnya perdamaian yang masuk tahun ke-18 sekarang. Bagi yang merasakan konflik, tak terbayangkan rasanya berada di warung kopi hingga pukul 3 dini hari. Apalagi di wilayah-wilayah rawan di luar kota Banda Aceh. Saya melihat kebiasaan begadang ini sebagai indikator bahwa Banda Aceh dan Provinsi Aceh secara keseluruhan sudah cukup aman bagi warganya. Namun di sisi lain, begadang berlawanan dengan semangat ked...