Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari Desember, 2024

Posisi Perempuan dalam Kasus Komersialisasi Asmara dan Industri Asusila di Banda Aceh

  Ilmuwan sosial dan akademisi kenamaan Aceh, Kamaruzzaman Bustamam-Ahmad (KBA), dalam tulisan di laman pribadinya mengangkat tentang kasus “industri asusila” (prostitusi terselubung yang sedang marak) di Banda Aceh. Ia coba menyibak fenomena tersebut sebagai sebuah masalah atau patologi sosial di masyarakat kita sebagai sebuah hal yang meresahkan. Namun ada yang luput dari amatan KBA, bahwa perempuan-perempuan itu bukan semata subjek yang memilih dengan kesadaran penuh untuk menjadi pelaku asusila. Perempuan-perempuan tersebut juga bisa kita lihat sebagai korban dari konstruksi sosial-budaya yang dibentuk oleh pergeseran budaya massa di kalangan generasi muda, yang berakar pada kapitalisme dan budaya konsumerisme. Lewat tulisan ini saya coba mengangkat sebuah fenomena relasi paling natural antara laki-laki dan perempuan yang biasanya terikat dalam hubungan asmara, namun kini muncul varian hubungan asmara baru yang bertransformasi menjadi hubungan yang cenderung artifisial, direkat...

Persepsi Manusia dan Respon Intuitif

Manusia adalah makhluk intuitif yang mampu memaknai dan merespon banyak hal secara tak terduga. Pernahkah kamu merasakan waktu begitu cepat berlalu ketika duduk semeja dengan wanita cantik idamanmu? Ya, saat itu satu jam rasanya sangat sebentar. Pernyataan ini diungkapkan oleh Einstein sebagai basis argumennya terhadap relativitas waktu. Persepsi kita terhadap waktu bisa sama sekali berubah. Pengalaman kita seringkali mengubah persepsi kita tentang waktu. Pengetahuan kita juga kerap mengubah persepsi kita tentang keadaan. Visi juga berpotensi mengubah segalanya. Di tempat yang secara statistik dihuni oleh orang-orang yang rata-rata miskin dengan fasilitas publik yang terbatas dan lingkungan yang buruk seperti perkampungan kumuh di Brazil sana, lahir pemain bola semisal Ronaldo dan Ronaldinho yang mampu mengguncang dunia. Mereka tak larut dengan kondisi dan lingkungannya. Mereka punya mimpi. Mimpi itu mampu membuat mereka mengubah keadaan, bukan keadaan yang mengubah mereka....

Kebaikan di Sekitar Kita

Foto: unsplash Di tengah dunia yang makin modern dan maju, banyak yang merasa bahwa kebaikan semakin langka. Manusia menjadi begitu rakus dan serakah. Kehidupan kita makin mengarah pada orientasi materi semata. Mungkin nilai-nilai moral dan budi pekerti menjadi semakin langka. Dunia hari ini yang dilatarbelakangi pemikiran bercorak kapitalisme memang melihat keuntungan materi atau profit sebagai suatu tujuan yang niscaya. Hal ini seringkali mengikis rasa kemanusiaan kita yang paling asasi. Manusia sejatinya identik dengan nilai, moral, keluhuran budi pekerti, semangat kebersamaan serta gotong-royong. Sementara dalam upaya meraih keuntungan, manusia seringkali menghalalkan segala cara. Kerakusan dan ketamakan menjadi sifat yang bukan saja dituruti, malah dianggap wajar. Kerakusan dan ketamakan yang mewabah itu mungkin bisa kita lihat dari perilaku sekelompok kecil orang-orang yang menguasai struktur politik dan ekonomi masyarakat, mereka disebut elit. Perilaku elit di dalam politik dan ...

Ideologi dan Perubahan Tidak Lahir dari Ruang Kosong

Di satu sesi forum diskusi di Badan Kesbangpol Aceh, ketika teman saya yang merupakan peneliti ilmu politik, Mirza Ardi, memaparkan tentang matinya narasi ideologi di Pilkada, saya berkesempatan untuk menanggapi pemaparannya. Bagi saya, matinya ideologi atau narasi ideologis bukan lahir dari ruang kosong, melainkan terkait dengan faktor kesejarahan atau konteks zaman. Ada dua faktor yang menurut saya menjadi konteks yang melahirkan ideologi: 1. Collective suffering, dengan adanya penderitaan kolektif, kondisi tersebut memantik. 2. Collective consciousness (kesadaran kolektif). Ideologi tidak lahir secara tiba-tiba, muncul begitu saja secara sporadis dari pemikiran seorang pemikir. Faktor kesejarahan di era tersebut yang kemudian membuat seorang pemikir kemudian merumuskan sebuah ideologi dalam upaya menciptakan tatanan yang lebih baik. Apabila kita merujuk kepada sejarah modern dunia, lahirnya liberalisme klasik berawal dari penderitaan kaum petani atas paj...

Postingan populer dari blog ini

Posisi Perempuan dalam Kasus Komersialisasi Asmara dan Industri Asusila di Banda Aceh

  Ilmuwan sosial dan akademisi kenamaan Aceh, Kamaruzzaman Bustamam-Ahmad (KBA), dalam tulisan di laman pribadinya mengangkat tentang kasus “industri asusila” (prostitusi terselubung yang sedang marak) di Banda Aceh. Ia coba menyibak fenomena tersebut sebagai sebuah masalah atau patologi sosial di masyarakat kita sebagai sebuah hal yang meresahkan. Namun ada yang luput dari amatan KBA, bahwa perempuan-perempuan itu bukan semata subjek yang memilih dengan kesadaran penuh untuk menjadi pelaku asusila. Perempuan-perempuan tersebut juga bisa kita lihat sebagai korban dari konstruksi sosial-budaya yang dibentuk oleh pergeseran budaya massa di kalangan generasi muda, yang berakar pada kapitalisme dan budaya konsumerisme. Lewat tulisan ini saya coba mengangkat sebuah fenomena relasi paling natural antara laki-laki dan perempuan yang biasanya terikat dalam hubungan asmara, namun kini muncul varian hubungan asmara baru yang bertransformasi menjadi hubungan yang cenderung artifisial, direkat...

Tentang Nelayan Membuang Ikan 3 Ton di Lampulo dan Potensi Industri Pengolahan Ikan

Nelayan membuang 3 ton hasil tangkapannya di Lampulo, Kamis, (2/5) karena hasil tangkapan nelayan kali ini membludak. Mengakibatkan harga ikan di pasar anjlok. Mereka terpaksa membuang karena jika dijual, mereka tetap rugi, sementara kondisi ikan mulai membusuk.  Kejadian ini sangat disayangkan mengingat potensi laut kita yang cukup besar. Jumlah tangkapan ikan di musim tertentu bisa membludak. Jika stok membludak, harga ikan bisa menurun drastis. Sementara jumlah ikan yang mampu ditampung di cold storage terbatas. Katanya, sejumlah cold storage yang pernah dibangun untuk menampung hasil tangkapan ikan di Aceh, tinggal 46 persen yang masih berfungsi. Sisanya sudah tidak bisa digunakan lagi.  Keadaan ini patut disesali. Pertama, pemerintah yang telah membangun infrastruktur cold storage untuk menampung ikan, sebagiannya rusak tak dapat digunakan lagi. Tentu ini masuk kategori pemborosan anggaran yang merugikan kita semua.  Kedua, sistem supply chain atau rantai dagang peri...

Habaib, Abu Hasan Krueng Kalee dan Abon Seulimeum: Cerita Hubungan Habib dan Ulama di Aceh

Generasi Banda Aceh tahun 70-80an banyak yang masih ingat dengan Habib Ulee Kareng yang dikenal sebagai wali majzub/jazab di Ulee Kareng. Berdasarkan cerita Abu Din Lam Ateuk, beliau selalu naik sepeda ontel dan mendawamkan zikir Hu Hu Hu di dalam batin beliau (bukan dengan suara lisan). Nama beliau Habib Abubakar bin Hasan Assegaf. Beliau adalah paman dari sebelah ibu Habib Abdul Haris Alaydrus. Habib Abubakar punya saudara bernama Habib Ja'far bin Hasan Assegaf, yang berguru kepada Abu Hasan Krueng Kalee, ulama kharismatik Aceh yang berthariqah Haddadiyah, nisbah kepada Habib Abdullah bin Alwi Al Haddad di Hadramaut, Yaman. Abu Hasan Krueng Kalee selain mengajar di Dayah Siem (wilayah XXVI Mukim Sagi Aceh Darussalam), juga mengajar di Gampong Keudah. Lokasi yang berdekatan dengan perkampungan Habaib di Peulanggahan, Gampong Jawa dan Merduati. Di era 2000'an pengajian di Gampong Jawa dipimpin oleh Almarhum Abon Seulimum, anak Abu Abdul Wahab Seulimum (yg akan saya ceritakan be...