Langsung ke konten utama

Mewujudkan Kota Ramah Anak: Harapan tentang Banda Aceh

 



Sebagai seorang orang tua dengan dua orang anak, saya sangat berharap Banda Aceh sebagai tempat tinggal menjadi kota yang ramah anak dan ideal sebagai tempat tumbuh kembang yang layak. Setiap orang tua tentu berharap anaknya tumbuh dan berkembang dengan baik dan sempurna. Kita tentu ingin anak-anak kita sehat secara fisik dan mental, berkarakter baik, dapat mengakses pendidikan yang layak dan juga dapat tumbuh dan berkembang kemampuan dan potensinya dengan fasilitas bermain dan belajar yang baik. 


Bermain adalah kata kunci bagi tiap anak. Setiap anak perlu mendapatkan hak bermain yang cukup dan layak. Bermain dapat mengembangkan berbagai kemampuan anak, mulai dari kemampuan kognitif, sensorik, motorik dan lainnya. Secara psikologis, bermain memberikan kebahagiaan pada anak. Kebahagian anak di masa kecil mempengaruhi kualitas mental dan psikologisnya saat dewasa. Untuk itu, hak bermain setiap anak wajib dipenuhi.


Taman dan Arena Bermain untuk Anak


Setiap warga Banda Aceh mungkin tak asing dengan Taman Sari dan Lapangan Blang Padang. Kedua tempat ini lazimnya menjadi tujuan orang tua untuk mengajak anaknya bermain. Di kedua tempat ini, kita bisa menyaksikan banyak pedagang yang menwarkan permainan untuk anak. Mulai dari mobil remote control, permainan mewarnai, dan yang lain. Kedua tempat ini saya rasa cukup menyenangkan untuk dikunjungi sejauh ini. Namun bukan berarti cukup sampai disini kan?


Saya rasa dengan jumlah penduduk yang semakin bertambah, Banda Aceh perlu mempertimbangkan untuk membangun taman-taman lain yang menyediakan fasilitas bermain untuk anak. Saya pernah membawa anak-anak untuk bermain di kompleks Taman Sri Ratu Safiatuddin. Disitu terdapat sejumlah permainan seperti pelosotan, ayunan dan yang lain. Hanya saja fasilitas bermain disitu mungkin tidak semuanya masih bagus. Juga perlu perawatan dan perbaikan di beberapa fasilitas permainan yang sudah rusak.


Bagi saya, idealnya di tiap kecamatan, atau minimal di setiap dua kecamatan, terdapat taman yang menyediakan arena permainan anak. Saya rasa taman bermain anak ini akan jadi pilihan setiap orang tua untuk dikunjungi. Apalagi salah satu masalah terbesar pada anak saat ini adalah porsi bermain gadget yang berlebihan, hal ini tentunya berakibat buruk bagi anak. Dengan tersedianya taman bermain, tentu orang tua bisa mengalihkan penggunaan gadget pada anak yang berlebihan dengan permainan yang menyenangkan di taman bermain.


Perpustakaan Ramah Anak


Salah satu kunci kemajuan suatu negara adalah tingginya tingkat literasi. Tingkat literasi yang tinggi diukur melalui tingginya tingkat minat baca masyarakat tersebut. Indonesia jika dibandingkan dengan negara lain di dunia bisa dikatakan kalah saing dalam minat baca. Minat baca yang rendah juga berarti rendahnya kecerdasan dan kemampuan intelektual warga di suatu negara.


MInat baca yang tinggi harus dipupuk sejak dini. Semua orangtua berharap punya anak pintar, cerdas dan berpendidikan tinggi. Hal itu mustahil diwujudkan apabila minat baca tidak dibiasakan sejak awal. Salah satu cara untuk mendorong minat baca pada anak adalah dengan membiasakan anak untuk membaca buku-buku yang menarik dan edukatif. 


Mungkin tidak setiap orangtua punya kemampuan finansial untuk membeli banyak bacaan yang berkualitas bagi anak. Disini, peran pemerintah dituntut untuk menghadirkan perpustakaan umum yang punya area khusus anak yang memadai. Perpustakaan umum milik pemerintah perlu menyediakan beragam buku untuk anak dengan menyediakan koleksi yang jumlahnya memadai dan juga kontennya berkualitas. 


Untuk membuat anak tertarik  mengunjungi perpustakaan, area anak di perpustakaan perlu di dekorasi sebagus mungkin. Selain menyediakan buku untuk dibaca, juga perlu ada fasilitas bermain lainnya. Hal ini penting agar anak bisa membaca sembari bermain agar tidak bosan dan betah berada di pustaka.


Perpustakaan umum milik pemerintah juga penting untuk melakukan sosialisasi bagi masyarakat, khususnya orangtua, agar menjadikan pustaka sebagai tempat rekreasi keluarga. Saya percaya jika perpustakaan menjadi tren baru tempat rekreasi keluarga, generasi penerus kita pasti akan cerdas dan berkualitas.


Layanan Kesehatan di Kota Banda Aceh


Sejak dini hingga usia lima tahun, kami terbiasa membawa anak ke Posyandu di area tempat tinggal, baik untuk imunisasi maupun kontrol bulanan. Sejauh ini peran Posyandu di Banda Aceh dalam menjamin kualitas kesehatan anak sudah cukup baik. Namun bukan berarti sudah cukup sampai disitu. Mungkin banyak hal baru dan inovatif bisa dilakukan. Misalnya dengan pemberian suplemen dan makanan pendamping, edukasi soal Mpasi atau makanan pengganti ASI, home visit atau kunjungan ke rumah jika anak sakit, dan hal yang lain,


Salah satu yang menjadi penting, selain memberikan makanan untuk anak, adalah bagaimana pihak Posyandu dan ibu khususnya, bisa berdiskusi untuk membahas pola makan anak. Orangtua juga perlu diberikan edukasi terkait penanganan penyakit yang berpotensi diidap oleh anak dan cara-cara penanganan ketika anak sakit.


Saya juga pernah mengunjungi Puskesmas di kecamatan kami. Layanan Puskesmas di Banda Aceh umumnya sudah cukup baik. Pelayanan dan tindakan kesehatan, khususnya untuk anak, juga cukup baik. Jaminan terhadap pelayanan kesehatan yang baik ini sangat menentukan kualitas hidup kita di kota Banda Aceh.


***

Setidaknya beberapa hal di atas bisa menjadi pertimbangan kita tentang kota Banda Aceh yang ramah anak. Untuk itu selain pemerintah, saya rasa setiap warga Banda Aceh perlu punya visi dan tujuan yang sama tentang arah pembangunan kota Banda Aceh ke depan. Banda Aceh perlu berinvestasi di sektor pelayanan publik yang memberikan dampak bagi pembangunan manusia warganya, khususnya anak-anak yang akan menjadi generasi penerus di masa depan.


 





Komentar

Postingan populer dari blog ini

Komersialisasi Asmara di Banda Aceh

Sebut saja namanya Nisa, bukan nama sebenarnya, gadis perantau dari salah satu kabupaten di Aceh yang hijrah ke Banda Aceh untuk mencari pekerjaan. Ia hanya lulusan SMA, oleh karena itu, ia hanya bisa mengakses pekerjaan yang terbatas di kota. Ia bekerja sebagai pramuniaga di sebuah toko kosmetik.  Gaji rata-rata pramuniaga di toko-toko pakaian, kosmetik, ponsel dan lain-lain di Banda Aceh rata-rata berkisar di bawah upah minimum. Bahkan bisa berkisar hanya separuh dari upah minimum provinsi. Meski digaji rendah, permintaan untuk lowongan ini tak pernah sepi. Rata-rata yang bekerja sebagai pramuniaga adalah perempuan berusia di bawah 30 tahun. Mayoritasnya adalah perempuan perantauan dari berbagai kabupaten di Aceh.  Nisa terbilang gadis belia yang berparas elok. Wajahnya sebagaimana perempuan khas Aceh, terlihat menawan dengan hidung mancung, wajah tirus, dan bermata bulat. Tampilannya pun terbilang modis. Pakaian yang ia kenakan dan gadget yang ia pakai terlihat mewah, seaka...

Banda Aceh Kota Tua Bersejarah, Kini Kehilangan Banyak Bangunan Bersejarah

Kota Banda Aceh adalah salah satu kota tertua yang ada di Indonesia. Berdirinya kota ini ditandai dengan awal mula kerajaan Aceh di tahun 1205 yang didirikan oleh Sultan Johan Syah.  Kota Banda Aceh selama ratusan tahun menjadi kota pelabuhan penting di Kepulauan Nusantara. Kapal-kapal dagang yang masuk ke wilayah Nusantara untuk berdagang dan membeli hasil alam berupa rempah-rempah, terlebih dulu singgah di Aceh. Tak hanya pedagang Muslim dari Arab, Turki dan Gujarat, pedagang dan penjelajah asal Eropa juga turut menyinggahi Aceh. Banda Aceh digambarkan sebagai kota pelabuhan yang menjadi pusat perdagangan penting. Kota ini dibelah oleh sebuah sungai yang oleh penduduk lokal disebut dengan Kreung Aceh. Di tengah-tengah kota terdapat Istana Kerajaan yang di dalamnya mengalir sungai buatan yang dikenal dengan nama Krueng Daroy. Sungai ini dibuat mengalir melintasi istana dan bersambung alirannya dengan Kreung Aceh.  Ketika Aceh takluk oleh kolonial Belanda di tahun ...

Banda Aceh Yang Berubah: Potret Sosiologis Kota Banda Aceh

Garuda Theatre, salah satu bioskop di Band Aceh tempo dulu. Foto   FOTO/roeshanny.wordpress.com. Banda Aceh dahulu, sebelum tsunami, mungkin akan menjadi kenangan nostalgia yang manis bagi warganya. Khususnya bagi mereka yang lahir, besar dan beranjak dewasa di kota ini. Dari pengalaman saya mendengarkan penuturan warganya, khususnya yang berusia lebih tua dari saya, Banda Aceh dalam ingatan mereka begitu indah.  Indahnya ingatan itu, karena Banda Aceh adalah kota yang menjadi tempat segala kisah masa kecil, remaja dan menjadi dewasa, mengambil tempat di kota ini. Saya yang lahir dan besar di kota ini, juga mengenang betapa manisnya kisah masa lalu itu. Saya coba merekam potret sosiologis kota ini di era 90’an hingga 2000’an hingga menjelang tsunami. Corak sosiologis yang tak hitam putih, bahkan saya juga coba mengangkat sisi gelap yang pernah ada di kota ini. Sebagaimana menulis sejarah, gambaran utuh harus dihadirkan. Keutuhan itu juga berupa konfigurasi sosial, patolog...