Langsung ke konten utama

Mengapa Negeri Syariat tidak Bersyariat? Menjelaskan Anomali Sosial di Aceh

Aceh sebagai daerah yang berlaku syariat Islam namun marak muncul kasus yang mencoreng citra syariat. Tulisan berikut mencoba menganalisis persoalan kompleks ini, salah satunya adalah makin berjaraknya Islam dan syariat dari alam pikiran dan kesadaran generasi muda Aceh.  Tulisan ini merupakan tanggapan dari tulisan Putri Balqis Vilza berjudul Anomali Sosial dalam Pelaksanaan Syariat Islam di Aceh yang ditulis di laman website kba13.com milik Prof. Kamaruzzaman Bustamam-Ahmad. Putri coba mengangkat keresahannya mengenai maraknya angka bunuh diri pada mahasiswa, operasi tangkap tangan pasangan non muhrim, menjamurnya industri asusila, terjaringnya pasangan penyuka sesama jenis (Liwath/Musahaqah), sampai mewabahnya tindak kekerasan hingga pembunuhan yang terjadi di Aceh, padahal di Aceh berlaku Syariat Islam. Kamarruzzaman Bustamam Ahmad dalam salah satu artikelnya menyimpulkan bahwa kasus bunuh diri di kalangan mahasiswa disebabkan oleh beberapa faktor diantaranya: Lingkungan pertem...

Habaib, Abu Hasan Krueng Kalee dan Abon Seulimeum: Cerita Hubungan Habib dan Ulama di Aceh


Generasi Banda Aceh tahun 70-80an banyak yang masih ingat dengan Habib Ulee Kareng yang dikenal sebagai wali majzub/jazab di Ulee Kareng. Berdasarkan cerita Abu Din Lam Ateuk, beliau selalu naik sepeda ontel dan mendawamkan zikir Hu Hu Hu di dalam batin beliau (bukan dengan suara lisan). Nama beliau Habib Abubakar bin Hasan Assegaf. Beliau adalah paman dari sebelah ibu Habib Abdul Haris Alaydrus.

Habib Abubakar punya saudara bernama Habib Ja'far bin Hasan Assegaf, yang berguru kepada Abu Hasan Krueng Kalee, ulama kharismatik Aceh yang berthariqah Haddadiyah, nisbah kepada Habib Abdullah bin Alwi Al Haddad di Hadramaut, Yaman. Abu Hasan Krueng Kalee selain mengajar di Dayah Siem (wilayah XXVI Mukim Sagi Aceh Darussalam), juga mengajar di Gampong Keudah. Lokasi yang berdekatan dengan perkampungan Habaib di Peulanggahan, Gampong Jawa dan Merduati. Di era 2000'an pengajian di Gampong Jawa dipimpin oleh Almarhum Abon Seulimum, anak Abu Abdul Wahab Seulimum (yg akan saya ceritakan berikutnya).

Berdasarkan cerita alm. Sayid Qamari Assegaf warga Gampong Jawa, beliau pernah dibawa pamannya Habib Ja'far menemui Abu Hasan Kreung Kalee di Keudah. Waktu itu ada rumah panggung di situ. "Tamong Habib," sapa Abu Hasan Krueng Kalee. Mempersilahkan Habib Ja'far yang juga murid beliau untuk masuk. "Habib Ja'far," sapa beliau dengan penuh kasih. Itu cerita yang tersimpan di memori alm. Sayid Qamari Assegaf tentang bagaimana Abu Hasan Krueng Kalee memuliakan Habib Ja'far yang juga muridnya. 

Habib Ja'far seorang Habaib berilmu dan kharismatik. Ketika beliau meninggal, toko-toko warga Cina/Thionghoa semuanya tutup sebagai bentuk berkabung dan dukacita atas meninggalnya beliau.

Alm. Sayed Qamari Assegaf juga bercerita tentang guru beliau di balee beut Gampong Jawa yang berlokasi di tanah keluarga Habaib yang sangat memuliakan beliau sebagai seorang Sayyid. Saking terkesan dan cintanya beliau kepada alm. Abon Seulimum, kami sampai bosan mendengar cerita beliau mengulang-ulang cerita tentang Abon Seulimum yang selalu beliau ulangi berkali-kali. 

Abon Seulimum atau Tgk H. Mukhtar Luthfi bin Abdul Wahab berasal dari sagi XXII Mukim Aceh Darusalam tepatnya wilayah Seulimeum. Jika di XXVI Mukim Qadhi Rabbul Jalil nya adalah kakek buyut dari Abu Hasan Krueng Kalee yakni Tgk. Chik Kreung Kalee sampai ke atas, maka di wilayah XX Mukim Qadhi nya adalah Tgk Chik Tanoh Abee Syekh Abdul Wahab sampai ke kakeknya Syekh Nahyan Al Fairusy Al Baghdady. Di Tanoh Abee terdapat perpustakaan tertua Asia Tenggara yang pernah dikunjungi oleh Habib Kadzim Assegaf.

Kembali lagi, Abon Seulimum pernah bertemu Habib Umar bin Hafidz ketika beliau berkunjung ke Aceh di tahun 2010. Abon dengan takzim mencium tangan Habib Umar bin Hafidz. Juga masih tersimpan di saya rekaman suara Abon yang mewasiatkan membaca qasidah Busyra Lana di malam 12 Rabiul Awwal. Qasidah tersebut, kata Abon, karangan Sayyid Abdullah bin Alawi Al Haddad. Apabila dibaca di malam 12 Rabiul Awwal insya Allah akan jauh dari bala wabah dan taun. Abon juga berdoa agar Gampong Jawa, Peulanggahan bahkan sampai Lampulo akan jauh dari wabah berkat dibacanya qasidah tersebut.

Sementara di sagi XXV Mukim tepatnya di Keudee Bieng, ada seorang shalehah yang mastur yang banyak dikunjungi para Sayyid untuk mengambil berkah. Beliau almarhumah H.Hasnah binti Hasyim yang biasa dipanggil Nekmi. Beliau menceritakan dahulu beliau pernah berjumpa dengan seorang ulama dan awliya besar Jakarta, Habib Umar bin Hud Al Attas. Nekmi berdasarkan pengakuan beberapa orang, tak terhitung jumlah pertemuan beliau dengan Rasulullah, berkat kecintaan dan bagaimana beliau memuliakan ahlul bait.

Beginilah cerita-cerita orang-orang dahulu dalam memuliakan ahlul bait. Mereka tahu bahwa ada keberkahan khusus pada ahlul bait. Ini semua adalah bentuk pemahaman mereka yang sempurna terhadap ilmu dan bentuk hakikat kecintaan kepada Nabi Muhammad saw.


Ya Allah berkahi mereka dan berilah sebaik-baik balasan di surga-Mu.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Posisi Perempuan dalam Kasus Komersialisasi Asmara dan Industri Asusila di Banda Aceh

  Ilmuwan sosial dan akademisi kenamaan Aceh, Kamaruzzaman Bustamam-Ahmad (KBA), dalam tulisan di laman pribadinya mengangkat tentang kasus “industri asusila” (prostitusi terselubung yang sedang marak) di Banda Aceh. Ia coba menyibak fenomena tersebut sebagai sebuah masalah atau patologi sosial di masyarakat kita sebagai sebuah hal yang meresahkan. Namun ada yang luput dari amatan KBA, bahwa perempuan-perempuan itu bukan semata subjek yang memilih dengan kesadaran penuh untuk menjadi pelaku asusila. Perempuan-perempuan tersebut juga bisa kita lihat sebagai korban dari konstruksi sosial-budaya yang dibentuk oleh pergeseran budaya massa di kalangan generasi muda, yang berakar pada kapitalisme dan budaya konsumerisme. Lewat tulisan ini saya coba mengangkat sebuah fenomena relasi paling natural antara laki-laki dan perempuan yang biasanya terikat dalam hubungan asmara, namun kini muncul varian hubungan asmara baru yang bertransformasi menjadi hubungan yang cenderung artifisial, direkat...

Mengapa Negeri Syariat tidak Bersyariat? Menjelaskan Anomali Sosial di Aceh

Aceh sebagai daerah yang berlaku syariat Islam namun marak muncul kasus yang mencoreng citra syariat. Tulisan berikut mencoba menganalisis persoalan kompleks ini, salah satunya adalah makin berjaraknya Islam dan syariat dari alam pikiran dan kesadaran generasi muda Aceh.  Tulisan ini merupakan tanggapan dari tulisan Putri Balqis Vilza berjudul Anomali Sosial dalam Pelaksanaan Syariat Islam di Aceh yang ditulis di laman website kba13.com milik Prof. Kamaruzzaman Bustamam-Ahmad. Putri coba mengangkat keresahannya mengenai maraknya angka bunuh diri pada mahasiswa, operasi tangkap tangan pasangan non muhrim, menjamurnya industri asusila, terjaringnya pasangan penyuka sesama jenis (Liwath/Musahaqah), sampai mewabahnya tindak kekerasan hingga pembunuhan yang terjadi di Aceh, padahal di Aceh berlaku Syariat Islam. Kamarruzzaman Bustamam Ahmad dalam salah satu artikelnya menyimpulkan bahwa kasus bunuh diri di kalangan mahasiswa disebabkan oleh beberapa faktor diantaranya: Lingkungan pertem...

Hubungan Ulama dan Umara di Tiga Kerajaan di Nagan Raya: Peran Bersama Dalam Budaya Pertanian

Sebagaimana kuatnya peranan Ulama dalam mempengaruhi kebijakan kepemimpinan dalam Kesultanan Aceh, begitu pula dengan kerajaan-kerajaan kecil lainnya di Aceh. Hampir di setiap kerajaan kecil ini mempunyai ulama sebagai penasehat dan bahkan bisa dikatakan sebagai mitra kerja para raja. Para ulama ini ada yang menyebutnya sebagai Mufti dan sebagian tempat menjuluki mereka dengan sebutan Teungku Qadhi. Tanpa terkecuali termasuk Kerajaan Seunagan, Kerajaan Seuneu‘am dan Kerajaan Beutong Benggalang berada di wilayah yang kini dikenal sebagai Kabupaten Nagan Raya. Dimana dalam perjalanan sejarahnya, di ketiga kerajaan ini, hubungan para ulama dengan para raja sangatlah kental dan terjaga. Keterlibatan ulama dalam kepemimpinan di Nagan Raya sudah mulai terjalin kuat sejak era kerajaan, kuatnya hubungan ini juga mempengaruhi kebijakan pemerintahan raja-raja di Nagan. Bahkan hubungan semacam ini sudah menjadi hubungan emosional antara guru dan murid, sebagaimana hubungan antara Raja Seunagan Te...