Langsung ke konten utama

Mengapa Negeri Syariat tidak Bersyariat? Menjelaskan Anomali Sosial di Aceh

Aceh sebagai daerah yang berlaku syariat Islam namun marak muncul kasus yang mencoreng citra syariat. Tulisan berikut mencoba menganalisis persoalan kompleks ini, salah satunya adalah makin berjaraknya Islam dan syariat dari alam pikiran dan kesadaran generasi muda Aceh.  Tulisan ini merupakan tanggapan dari tulisan Putri Balqis Vilza berjudul Anomali Sosial dalam Pelaksanaan Syariat Islam di Aceh yang ditulis di laman website kba13.com milik Prof. Kamaruzzaman Bustamam-Ahmad. Putri coba mengangkat keresahannya mengenai maraknya angka bunuh diri pada mahasiswa, operasi tangkap tangan pasangan non muhrim, menjamurnya industri asusila, terjaringnya pasangan penyuka sesama jenis (Liwath/Musahaqah), sampai mewabahnya tindak kekerasan hingga pembunuhan yang terjadi di Aceh, padahal di Aceh berlaku Syariat Islam. Kamarruzzaman Bustamam Ahmad dalam salah satu artikelnya menyimpulkan bahwa kasus bunuh diri di kalangan mahasiswa disebabkan oleh beberapa faktor diantaranya: Lingkungan pertem...

Kebaikan di Sekitar Kita


Foto: unsplash

Di tengah dunia yang makin modern dan maju, banyak yang merasa bahwa kebaikan semakin langka. Manusia menjadi begitu rakus dan serakah. Kehidupan kita makin mengarah pada orientasi materi semata. Mungkin nilai-nilai moral dan budi pekerti menjadi semakin langka.

Dunia hari ini yang dilatarbelakangi pemikiran bercorak kapitalisme memang melihat keuntungan materi atau profit sebagai suatu tujuan yang niscaya. Hal ini seringkali mengikis rasa kemanusiaan kita yang paling asasi.

Manusia sejatinya identik dengan nilai, moral, keluhuran budi pekerti, semangat kebersamaan serta gotong-royong. Sementara dalam upaya meraih keuntungan, manusia seringkali menghalalkan segala cara. Kerakusan dan ketamakan menjadi sifat yang bukan saja dituruti, malah dianggap wajar.

Kerakusan dan ketamakan yang mewabah itu mungkin bisa kita lihat dari perilaku sekelompok kecil orang-orang yang menguasai struktur politik dan ekonomi masyarakat, mereka disebut elit.

Perilaku elit di dalam politik dan birokrasi dapat kita lihat dari mewabahnya korupsi. Sementara elit yang menguasai sumberdaya ekonomi dan punya akumulasi kapital (modal) yang besar, bersekongkol dengan elit politik dan birokrat untuk menguasai sumberdaya alam seperti tambang, konsesi hutan dan yang lainnya melalui kebijakan yang menguntungkan kepentingan mereka, agar mereka makin tambah kaya dan berkuasa.

Banyak sekali contoh perbuatan dan perilaku buruk yang hari ini semakin marak, namun bukan berarti kebaikan telah mati. Kita masih bisa menemukannya di sekitar kita.

***

Saya ingin sedikit bercerita tentang kebaikan yang kerap kita temui saban hari. Beberapa kali motor saya pernah mati kehabisan bensin di jalan. Saya mendorong motor dengan tujuan mencari kios yang menjual bensin eceran. Hanya berselang beberapa menit, saya didatangi pengemudi motor lain yang menawarkan mendorong motor saya dengan kaki menuju kios penjual bensin eceran terdekat. Saya selalu mengucapkan terima kasih dan pengemudi motor yang membantu saya kerap membalas dengan senyuman ramah.

Saya juga sesekali kehabisan uang receh untuk membayar parkir motor. Saya meminta maaf kepada tukang parkir dan meminta izin untuk pergi tanpa membayar. Kebanyakan tukang parkir yang saya temui memaklumi untuk tidak dibayar. Mereka tetap tersenyum manis meski pengendara tak punya uang receh, tanpa terlihat kesan marah atau jengkel.

Di beberapa warung kopi tradisional yang pernah saya singgahi, saya seringkali melihat pelayan memaklumi bayaran pelanggan yang kurang seribu atau dua ribu rupiah dari jumlah bill pesanan.

Di pasar tradisional, tawar-menawar harga menjadi hal yang biasa. Sang penjual dengan tanpa keberatan, mengiyakan barang dagangannya dibayar lebih murah. Bagi mereka, tak ada salahnya mengurangi harga asal barang dagangannya tetap laku.

Dari pengalaman sehari-hari, saya melihat kebaikan masih ada di sekitar kita, khususnya di tengah-tengah masyarakat kebanyakan.

Perilaku masyarakat kebanyakan sama sekali tak mencerminkan keburukan itu. Masyarakat kita masih senang untuk saling membantu. Ikatan dan solidaritas sosial masih terkesan kuat. Kebaikan masih ada dimana-mana.

Masyarakat kecil seringkali hidup dengan motif dan tujuan-tujuan yang sesederhana. Mereka punya empati dan paham kesusahan orang lain, karena sesekali mereka mengalami kesusahan juga. Jadi wajar jika yang paling memaklumi kekurangan orang lain dan paling mudah untuk berbuat baik kepada sesama adalah masyarakat kecil. 

Di saat zaman menghendaki kehidupan yang individualis dan mementingkan diri sendiri, upaya kita untuk melawannya adalah dengan berbuat baik dengan siapapun di sekitar kita. Kebaikan itu akan memancing kebaikan lain. Kita akan menuai kebaikan yang kita petik. Pada akhirnya, kebaikan itu akan selalu saja ada di sekitar kita.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Posisi Perempuan dalam Kasus Komersialisasi Asmara dan Industri Asusila di Banda Aceh

  Ilmuwan sosial dan akademisi kenamaan Aceh, Kamaruzzaman Bustamam-Ahmad (KBA), dalam tulisan di laman pribadinya mengangkat tentang kasus “industri asusila” (prostitusi terselubung yang sedang marak) di Banda Aceh. Ia coba menyibak fenomena tersebut sebagai sebuah masalah atau patologi sosial di masyarakat kita sebagai sebuah hal yang meresahkan. Namun ada yang luput dari amatan KBA, bahwa perempuan-perempuan itu bukan semata subjek yang memilih dengan kesadaran penuh untuk menjadi pelaku asusila. Perempuan-perempuan tersebut juga bisa kita lihat sebagai korban dari konstruksi sosial-budaya yang dibentuk oleh pergeseran budaya massa di kalangan generasi muda, yang berakar pada kapitalisme dan budaya konsumerisme. Lewat tulisan ini saya coba mengangkat sebuah fenomena relasi paling natural antara laki-laki dan perempuan yang biasanya terikat dalam hubungan asmara, namun kini muncul varian hubungan asmara baru yang bertransformasi menjadi hubungan yang cenderung artifisial, direkat...

Mengapa Negeri Syariat tidak Bersyariat? Menjelaskan Anomali Sosial di Aceh

Aceh sebagai daerah yang berlaku syariat Islam namun marak muncul kasus yang mencoreng citra syariat. Tulisan berikut mencoba menganalisis persoalan kompleks ini, salah satunya adalah makin berjaraknya Islam dan syariat dari alam pikiran dan kesadaran generasi muda Aceh.  Tulisan ini merupakan tanggapan dari tulisan Putri Balqis Vilza berjudul Anomali Sosial dalam Pelaksanaan Syariat Islam di Aceh yang ditulis di laman website kba13.com milik Prof. Kamaruzzaman Bustamam-Ahmad. Putri coba mengangkat keresahannya mengenai maraknya angka bunuh diri pada mahasiswa, operasi tangkap tangan pasangan non muhrim, menjamurnya industri asusila, terjaringnya pasangan penyuka sesama jenis (Liwath/Musahaqah), sampai mewabahnya tindak kekerasan hingga pembunuhan yang terjadi di Aceh, padahal di Aceh berlaku Syariat Islam. Kamarruzzaman Bustamam Ahmad dalam salah satu artikelnya menyimpulkan bahwa kasus bunuh diri di kalangan mahasiswa disebabkan oleh beberapa faktor diantaranya: Lingkungan pertem...

Hubungan Ulama dan Umara di Tiga Kerajaan di Nagan Raya: Peran Bersama Dalam Budaya Pertanian

Sebagaimana kuatnya peranan Ulama dalam mempengaruhi kebijakan kepemimpinan dalam Kesultanan Aceh, begitu pula dengan kerajaan-kerajaan kecil lainnya di Aceh. Hampir di setiap kerajaan kecil ini mempunyai ulama sebagai penasehat dan bahkan bisa dikatakan sebagai mitra kerja para raja. Para ulama ini ada yang menyebutnya sebagai Mufti dan sebagian tempat menjuluki mereka dengan sebutan Teungku Qadhi. Tanpa terkecuali termasuk Kerajaan Seunagan, Kerajaan Seuneu‘am dan Kerajaan Beutong Benggalang berada di wilayah yang kini dikenal sebagai Kabupaten Nagan Raya. Dimana dalam perjalanan sejarahnya, di ketiga kerajaan ini, hubungan para ulama dengan para raja sangatlah kental dan terjaga. Keterlibatan ulama dalam kepemimpinan di Nagan Raya sudah mulai terjalin kuat sejak era kerajaan, kuatnya hubungan ini juga mempengaruhi kebijakan pemerintahan raja-raja di Nagan. Bahkan hubungan semacam ini sudah menjadi hubungan emosional antara guru dan murid, sebagaimana hubungan antara Raja Seunagan Te...