Langsung ke konten utama

Mengapa Negeri Syariat tidak Bersyariat? Menjelaskan Anomali Sosial di Aceh

Aceh sebagai daerah yang berlaku syariat Islam namun marak muncul kasus yang mencoreng citra syariat. Tulisan berikut mencoba menganalisis persoalan kompleks ini, salah satunya adalah makin berjaraknya Islam dan syariat dari alam pikiran dan kesadaran generasi muda Aceh.  Tulisan ini merupakan tanggapan dari tulisan Putri Balqis Vilza berjudul Anomali Sosial dalam Pelaksanaan Syariat Islam di Aceh yang ditulis di laman website kba13.com milik Prof. Kamaruzzaman Bustamam-Ahmad. Putri coba mengangkat keresahannya mengenai maraknya angka bunuh diri pada mahasiswa, operasi tangkap tangan pasangan non muhrim, menjamurnya industri asusila, terjaringnya pasangan penyuka sesama jenis (Liwath/Musahaqah), sampai mewabahnya tindak kekerasan hingga pembunuhan yang terjadi di Aceh, padahal di Aceh berlaku Syariat Islam. Kamarruzzaman Bustamam Ahmad dalam salah satu artikelnya menyimpulkan bahwa kasus bunuh diri di kalangan mahasiswa disebabkan oleh beberapa faktor diantaranya: Lingkungan pertem...

Persepsi Manusia dan Respon Intuitif

Manusia adalah makhluk intuitif yang mampu memaknai dan merespon banyak hal secara tak terduga.

Pernahkah kamu merasakan waktu begitu cepat berlalu ketika duduk semeja dengan wanita cantik idamanmu? Ya, saat itu satu jam rasanya sangat sebentar. Pernyataan ini diungkapkan oleh Einstein sebagai basis argumennya terhadap relativitas waktu. Persepsi kita terhadap waktu bisa sama sekali berubah.

Pengalaman kita seringkali mengubah persepsi kita tentang waktu. Pengetahuan kita juga kerap mengubah persepsi kita tentang keadaan. Visi juga berpotensi mengubah segalanya.

Di tempat yang secara statistik dihuni oleh orang-orang yang rata-rata miskin dengan fasilitas publik yang terbatas dan lingkungan yang buruk seperti perkampungan kumuh di Brazil sana, lahir pemain bola semisal Ronaldo dan Ronaldinho yang mampu mengguncang dunia. Mereka tak larut dengan kondisi dan lingkungannya.

Mereka punya mimpi. Mimpi itu mampu membuat mereka mengubah keadaan, bukan keadaan yang mengubah mereka.

Kita bisa bayangkan bagaimana kehidupan perkampungan kumuh di Brazil. Rasanya untuk tumbuh dewasa secara normal saja sulit. Tapi Ronaldo dan Ronaldinho mampu menjadi pemain terbaik dunia, mengalahkan mereka yang dididik di sekolah sepakbola terbaik di London atau Amsterdam dengan standar kehidupan negara maju.

Artinya apa? Sesuatu yang ada di dalam diri manusia mampu memberikan kita kemampuan untuk mengatasi rintangan eksternal yang datang dari luar, lingkungan contohnya.

Banyak anak-anak orang miskin yang termotivasi untuk sukses dan akhirnya berhasil. Sementara banyak anak-anak orang kaya, dengan fasilitas dari orangtua, diberikan modal usaha, tapi kalah saing dengan yang hanya bermodal nekat dan semangat.

Bagaimana hal tersebut bisa terjadi? Apa sebenarnya rahasia dalam diri manusia yang mampu membuatnya mewujudkan sesuatu? Saya menyebutnya sebagai respon intuitif.

***

Respon intuitif adalah kemampuan manusia dalam merespon tantangan dunia eksternal atau lingkungan yang melampaui sebatas respon instingtif.

Persepsi tentang realitas yang merupakan kesan yang kita maknai di dalam pikiran, bersumber dari pengalaman internal terhadap dunia eksternal yang awalnya direspon secara instingtif.

Pada tahap ini seperti melempar anjing dengan batu. Di kesempatan kedua, ketika melihat seseorang memegang batu, anjing akan berlari karena dorongan insting.

Dari pengalaman yang instingtif tadi, manusia mampu mengolah data dari pengalaman dengan intuisi kognitif yang distimulasi oleh pengetahuan. Pengetahuan yang intuitif merespon pengalaman, sehingga lahirlah interpretasi terhadap realitas yang beragam.

Dari sini, lahir kesimpulan-kesimpulan yang mengarah pada respon kreatif dan imajinatif sebagai hasil dari interpretasi realitas. Jadi dengan demikian, respon manusia tidak akan sama seperti anjing yang dilempari batu.

Melalui respon intuitif, Plato menyusun dan menulis konsep ethics sebagai respon terhadap kebiadaban warga Athena dan menulis pembelaan atas tewasnya Socrates. Sidharta Gautama bersemedi di bawah pohon Bodhi. Marthin Luther menginisiasi munculnya protestan sebagai respon terhadap tirani gereja Roma. Leonardo da Vinci melukis. Michaelangelo memahat patung. Gandhi mengenakan kain putih yang tidak dijahit. Bob Dylan memekikkan melodi blues dari gitarnya. John Lennon mengkampayekan perdamaian dengan lagu Imagine. Bob Marley menghisap ganja sambil menyanyikan lagu reggae yang sarat nilai religiusitas dan perjuangan. Maradona menggocek bola di lapangan. Iwan Fals menyanyikan lagu Umar Bakrie. Eiichiro Oda menulis One Piece.

Semua hasil karya mereka adalah respon intuitif dari proses kognisi yang coba menginterpretasi dunia, mereka meresponnya dengan beragam cara.

Respon intuitif mampu mengubah persepsi segala sesuatu menjadi sama sekali berbeda bagi setiap orang, dan setiap orang juga punya cara yang beragam dalam menanggapinya.

Tak jarang lahir tekad dan semangat yang kuat, lahir kreatifitas untuk menghasilkan karya, juga muncul imajinasi untuk mewujudkan sesuatu dalam pikirannya yang sama sekali tak pernah terduga, semuanya adalah bentuk respon intuitif yang hanya spesial dimiliki manusia.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Posisi Perempuan dalam Kasus Komersialisasi Asmara dan Industri Asusila di Banda Aceh

  Ilmuwan sosial dan akademisi kenamaan Aceh, Kamaruzzaman Bustamam-Ahmad (KBA), dalam tulisan di laman pribadinya mengangkat tentang kasus “industri asusila” (prostitusi terselubung yang sedang marak) di Banda Aceh. Ia coba menyibak fenomena tersebut sebagai sebuah masalah atau patologi sosial di masyarakat kita sebagai sebuah hal yang meresahkan. Namun ada yang luput dari amatan KBA, bahwa perempuan-perempuan itu bukan semata subjek yang memilih dengan kesadaran penuh untuk menjadi pelaku asusila. Perempuan-perempuan tersebut juga bisa kita lihat sebagai korban dari konstruksi sosial-budaya yang dibentuk oleh pergeseran budaya massa di kalangan generasi muda, yang berakar pada kapitalisme dan budaya konsumerisme. Lewat tulisan ini saya coba mengangkat sebuah fenomena relasi paling natural antara laki-laki dan perempuan yang biasanya terikat dalam hubungan asmara, namun kini muncul varian hubungan asmara baru yang bertransformasi menjadi hubungan yang cenderung artifisial, direkat...

Mengapa Negeri Syariat tidak Bersyariat? Menjelaskan Anomali Sosial di Aceh

Aceh sebagai daerah yang berlaku syariat Islam namun marak muncul kasus yang mencoreng citra syariat. Tulisan berikut mencoba menganalisis persoalan kompleks ini, salah satunya adalah makin berjaraknya Islam dan syariat dari alam pikiran dan kesadaran generasi muda Aceh.  Tulisan ini merupakan tanggapan dari tulisan Putri Balqis Vilza berjudul Anomali Sosial dalam Pelaksanaan Syariat Islam di Aceh yang ditulis di laman website kba13.com milik Prof. Kamaruzzaman Bustamam-Ahmad. Putri coba mengangkat keresahannya mengenai maraknya angka bunuh diri pada mahasiswa, operasi tangkap tangan pasangan non muhrim, menjamurnya industri asusila, terjaringnya pasangan penyuka sesama jenis (Liwath/Musahaqah), sampai mewabahnya tindak kekerasan hingga pembunuhan yang terjadi di Aceh, padahal di Aceh berlaku Syariat Islam. Kamarruzzaman Bustamam Ahmad dalam salah satu artikelnya menyimpulkan bahwa kasus bunuh diri di kalangan mahasiswa disebabkan oleh beberapa faktor diantaranya: Lingkungan pertem...

Hubungan Ulama dan Umara di Tiga Kerajaan di Nagan Raya: Peran Bersama Dalam Budaya Pertanian

Sebagaimana kuatnya peranan Ulama dalam mempengaruhi kebijakan kepemimpinan dalam Kesultanan Aceh, begitu pula dengan kerajaan-kerajaan kecil lainnya di Aceh. Hampir di setiap kerajaan kecil ini mempunyai ulama sebagai penasehat dan bahkan bisa dikatakan sebagai mitra kerja para raja. Para ulama ini ada yang menyebutnya sebagai Mufti dan sebagian tempat menjuluki mereka dengan sebutan Teungku Qadhi. Tanpa terkecuali termasuk Kerajaan Seunagan, Kerajaan Seuneu‘am dan Kerajaan Beutong Benggalang berada di wilayah yang kini dikenal sebagai Kabupaten Nagan Raya. Dimana dalam perjalanan sejarahnya, di ketiga kerajaan ini, hubungan para ulama dengan para raja sangatlah kental dan terjaga. Keterlibatan ulama dalam kepemimpinan di Nagan Raya sudah mulai terjalin kuat sejak era kerajaan, kuatnya hubungan ini juga mempengaruhi kebijakan pemerintahan raja-raja di Nagan. Bahkan hubungan semacam ini sudah menjadi hubungan emosional antara guru dan murid, sebagaimana hubungan antara Raja Seunagan Te...