Langsung ke konten utama

Persepsi Manusia dan Respon Intuitif

Manusia adalah makhluk intuitif yang mampu memaknai dan merespon banyak hal secara tak terduga.

Pernahkah kamu merasakan waktu begitu cepat berlalu ketika duduk semeja dengan wanita cantik idamanmu? Ya, saat itu satu jam rasanya sangat sebentar. Pernyataan ini diungkapkan oleh Einstein sebagai basis argumennya terhadap relativitas waktu. Persepsi kita terhadap waktu bisa sama sekali berubah.

Pengalaman kita seringkali mengubah persepsi kita tentang waktu. Pengetahuan kita juga kerap mengubah persepsi kita tentang keadaan. Visi juga berpotensi mengubah segalanya.

Di tempat yang secara statistik dihuni oleh orang-orang yang rata-rata miskin dengan fasilitas publik yang terbatas dan lingkungan yang buruk seperti perkampungan kumuh di Brazil sana, lahir pemain bola semisal Ronaldo dan Ronaldinho yang mampu mengguncang dunia. Mereka tak larut dengan kondisi dan lingkungannya.

Mereka punya mimpi. Mimpi itu mampu membuat mereka mengubah keadaan, bukan keadaan yang mengubah mereka.

Kita bisa bayangkan bagaimana kehidupan perkampungan kumuh di Brazil. Rasanya untuk tumbuh dewasa secara normal saja sulit. Tapi Ronaldo dan Ronaldinho mampu menjadi pemain terbaik dunia, mengalahkan mereka yang dididik di sekolah sepakbola terbaik di London atau Amsterdam dengan standar kehidupan negara maju.

Artinya apa? Sesuatu yang ada di dalam diri manusia mampu memberikan kita kemampuan untuk mengatasi rintangan eksternal yang datang dari luar, lingkungan contohnya.

Banyak anak-anak orang miskin yang termotivasi untuk sukses dan akhirnya berhasil. Sementara banyak anak-anak orang kaya, dengan fasilitas dari orangtua, diberikan modal usaha, tapi kalah saing dengan yang hanya bermodal nekat dan semangat.

Bagaimana hal tersebut bisa terjadi? Apa sebenarnya rahasia dalam diri manusia yang mampu membuatnya mewujudkan sesuatu? Saya menyebutnya sebagai respon intuitif.

***

Respon intuitif adalah kemampuan manusia dalam merespon tantangan dunia eksternal atau lingkungan yang melampaui sebatas respon instingtif.

Persepsi tentang realitas yang merupakan kesan yang kita maknai di dalam pikiran, bersumber dari pengalaman internal terhadap dunia eksternal yang awalnya direspon secara instingtif.

Pada tahap ini seperti melempar anjing dengan batu. Di kesempatan kedua, ketika melihat seseorang memegang batu, anjing akan berlari karena dorongan insting.

Dari pengalaman yang instingtif tadi, manusia mampu mengolah data dari pengalaman dengan intuisi kognitif yang distimulasi oleh pengetahuan. Pengetahuan yang intuitif merespon pengalaman, sehingga lahirlah interpretasi terhadap realitas yang beragam.

Dari sini, lahir kesimpulan-kesimpulan yang mengarah pada respon kreatif dan imajinatif sebagai hasil dari interpretasi realitas. Jadi dengan demikian, respon manusia tidak akan sama seperti anjing yang dilempari batu.

Melalui respon intuitif, Plato menyusun dan menulis konsep ethics sebagai respon terhadap kebiadaban warga Athena dan menulis pembelaan atas tewasnya Socrates. Sidharta Gautama bersemedi di bawah pohon Bodhi. Marthin Luther menginisiasi munculnya protestan sebagai respon terhadap tirani gereja Roma. Leonardo da Vinci melukis. Michaelangelo memahat patung. Gandhi mengenakan kain putih yang tidak dijahit. Bob Dylan memekikkan melodi blues dari gitarnya. John Lennon mengkampayekan perdamaian dengan lagu Imagine. Bob Marley menghisap ganja sambil menyanyikan lagu reggae yang sarat nilai religiusitas dan perjuangan. Maradona menggocek bola di lapangan. Iwan Fals menyanyikan lagu Umar Bakrie. Eiichiro Oda menulis One Piece.

Semua hasil karya mereka adalah respon intuitif dari proses kognisi yang coba menginterpretasi dunia, mereka meresponnya dengan beragam cara.

Respon intuitif mampu mengubah persepsi segala sesuatu menjadi sama sekali berbeda bagi setiap orang, dan setiap orang juga punya cara yang beragam dalam menanggapinya.

Tak jarang lahir tekad dan semangat yang kuat, lahir kreatifitas untuk menghasilkan karya, juga muncul imajinasi untuk mewujudkan sesuatu dalam pikirannya yang sama sekali tak pernah terduga, semuanya adalah bentuk respon intuitif yang hanya spesial dimiliki manusia.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Komersialisasi Asmara di Banda Aceh

Sebut saja namanya Nisa, bukan nama sebenarnya, gadis perantau dari salah satu kabupaten di Aceh yang hijrah ke Banda Aceh untuk mencari pekerjaan. Ia hanya lulusan SMA, oleh karena itu, ia hanya bisa mengakses pekerjaan yang terbatas di kota. Ia bekerja sebagai pramuniaga di sebuah toko kosmetik.  Gaji rata-rata pramuniaga di toko-toko pakaian, kosmetik, ponsel dan lain-lain di Banda Aceh rata-rata berkisar di bawah upah minimum. Bahkan bisa berkisar hanya separuh dari upah minimum provinsi. Meski digaji rendah, permintaan untuk lowongan ini tak pernah sepi. Rata-rata yang bekerja sebagai pramuniaga adalah perempuan berusia di bawah 30 tahun. Mayoritasnya adalah perempuan perantauan dari berbagai kabupaten di Aceh.  Nisa terbilang gadis belia yang berparas elok. Wajahnya sebagaimana perempuan khas Aceh, terlihat menawan dengan hidung mancung, wajah tirus, dan bermata bulat. Tampilannya pun terbilang modis. Pakaian yang ia kenakan dan gadget yang ia pakai terlihat mewah, seaka...

Banda Aceh Kota Tua Bersejarah, Kini Kehilangan Banyak Bangunan Bersejarah

Kota Banda Aceh adalah salah satu kota tertua yang ada di Indonesia. Berdirinya kota ini ditandai dengan awal mula kerajaan Aceh di tahun 1205 yang didirikan oleh Sultan Johan Syah.  Kota Banda Aceh selama ratusan tahun menjadi kota pelabuhan penting di Kepulauan Nusantara. Kapal-kapal dagang yang masuk ke wilayah Nusantara untuk berdagang dan membeli hasil alam berupa rempah-rempah, terlebih dulu singgah di Aceh. Tak hanya pedagang Muslim dari Arab, Turki dan Gujarat, pedagang dan penjelajah asal Eropa juga turut menyinggahi Aceh. Banda Aceh digambarkan sebagai kota pelabuhan yang menjadi pusat perdagangan penting. Kota ini dibelah oleh sebuah sungai yang oleh penduduk lokal disebut dengan Kreung Aceh. Di tengah-tengah kota terdapat Istana Kerajaan yang di dalamnya mengalir sungai buatan yang dikenal dengan nama Krueng Daroy. Sungai ini dibuat mengalir melintasi istana dan bersambung alirannya dengan Kreung Aceh.  Ketika Aceh takluk oleh kolonial Belanda di tahun ...

Banda Aceh Yang Berubah: Potret Sosiologis Kota Banda Aceh

Garuda Theatre, salah satu bioskop di Band Aceh tempo dulu. Foto   FOTO/roeshanny.wordpress.com. Banda Aceh dahulu, sebelum tsunami, mungkin akan menjadi kenangan nostalgia yang manis bagi warganya. Khususnya bagi mereka yang lahir, besar dan beranjak dewasa di kota ini. Dari pengalaman saya mendengarkan penuturan warganya, khususnya yang berusia lebih tua dari saya, Banda Aceh dalam ingatan mereka begitu indah.  Indahnya ingatan itu, karena Banda Aceh adalah kota yang menjadi tempat segala kisah masa kecil, remaja dan menjadi dewasa, mengambil tempat di kota ini. Saya yang lahir dan besar di kota ini, juga mengenang betapa manisnya kisah masa lalu itu. Saya coba merekam potret sosiologis kota ini di era 90’an hingga 2000’an hingga menjelang tsunami. Corak sosiologis yang tak hitam putih, bahkan saya juga coba mengangkat sisi gelap yang pernah ada di kota ini. Sebagaimana menulis sejarah, gambaran utuh harus dihadirkan. Keutuhan itu juga berupa konfigurasi sosial, patolog...