Langsung ke konten utama

Postingan

Nasib Korea dan Sirkulasi Elit dalam Politik Indonesia

Korea, istilah bagi para perintis yang memulai karir dari bawah, harus berhadapan dengan anak-anak pembesar untuk berebut tempat dalam sirkulasi elit di kancah politik Indonesia Ja gat media sosial sempat dihebohkan dengan istilah “Korea” yang dipopulerkan oleh politisi senior PDI-P, Bambang Pacul. Korea bisa diartikan sebagai sosok yang memulai dan merintis karir politik dari bawah hingga sukses menjadi tokoh politik yang diperhitungkan. Bambang Pacul melahirkan istilah Korea bercermin dari kisah hidupnya sendiri. Ia sebagai “ wong cilik ” memulai karir politik dari level paling bawah. Dulu hidupnya susah, sering tak punya uang. Saya dulu mendengar bahwa Bambang Pacul tiap pagi naik kereta ke kantor PDI-P. Disana ia baca semua koran dan majalah. Lalu dia membuat semacam laporan atau resume dan analisis tentang perkembangan politik aktual. Megawati, Ketua PDI-P, yang tak sempat membaca semua berita politik di media massa, merasa senang disuguhkan dengan rangkuman yang ditulis Bambang. ...

Tingginya Harga Mahar dan Krisis Sosial Budaya di Era Kita

Dengan pendapatan rata-rata masyarakat yang terbilang rendah, mahar telah menjadi momok bagi tiap anak muda di Aceh. Banyak yang menunda waktu pernikahan. Dengan kondisi kesejahteraan Aceh yang belum teratasi dengan baik, turut memberikan efek domino dalam kehidupan sosial-budaya di Aceh hari ini. Sebagian terpaksa masuk dalam jejaring bisnis kriminal. Budaya yang makin materialistis telah menyebabkan krisis sosial di Aceh. Muhammad tampak sedang menyaring kopi dengan sigap. Ia berdiri berjam-jam menyaring kopi, memainkan saringan kopi di tangan kanan dan wadah terbuat dari alumunium di tangan kiri. Muhammad tampak cukup lihai menjalankan kerjanya. Meski bekerja sebagai penyaring kopi di salah satu warung kopi tradisional di kota Banda Aceh, ia selalu tampak berpakaian necis dengan rambutnya yang basah mengkilap dan tersisir rapi.  Usia Muhammad masih terbilang muda. Tahun ini ia akan segera memasuki usianya yang ke 25 tahun. Ia masih seorang lajang. Baginya, perlu menabung selama ...

Mengapa Masyarakat Dapat Bertahan di Tengah Kemiskinan? (I): Peran Agama

  Kita akan dengan mudah sekali mendapatkan tulisan, kajian, studi dan analisis di lingkup ilmu sosial, politik, ekonomi dan budaya yang melihat Aceh dalam kondisi yang terpuruk, tertinggal dan penuh dengan berbagai permasalahan.  Hal ini diperkuat dengan sejumlah data statistik. Dalam hal ekonomi dan politik, Aceh adalah provinsi termiskin di Sumatera, provinsi dengan pertumbuhan ekonomi terendah di Indonesia, nomor 7 tertinggi korupsi di Indonesia, padahal di saat yang sama Aceh adalah provinsi paling besar anggaran APBD di luar Pulau Jawa. Hal ini menunjukkan bahwa pemerintahan daerah di Aceh cukup bermasalah sejak lama. Hal itu pula yang menyebabkan masyarakat Aceh terjebak dalam kemiskinan. Aceh juga provinsi peringkat ketiga dalam prevalensi angka stunting di Indonesia, tertinggi prevalensi gangguan jiwa, peringkat pertama tingkat pemerkosaan tertinggi yang melapor ke polisi, terendah ketiga angka literasi, daerah paling rendah tidak memiliki sanitasi (WC) di rumah di lu...

Mengapa Negeri Syariat tidak Bersyariat? Menjelaskan Anomali Sosial di Aceh

Aceh sebagai daerah yang berlaku syariat Islam namun marak muncul kasus yang mencoreng citra syariat. Tulisan berikut mencoba menganalisis persoalan kompleks ini, salah satunya adalah makin berjaraknya Islam dan syariat dari alam pikiran dan kesadaran generasi muda Aceh.  Tulisan ini merupakan tanggapan dari tulisan Putri Balqis Vilza berjudul Anomali Sosial dalam Pelaksanaan Syariat Islam di Aceh yang ditulis di laman website kba13.com milik Prof. Kamaruzzaman Bustamam-Ahmad. Putri coba mengangkat keresahannya mengenai maraknya angka bunuh diri pada mahasiswa, operasi tangkap tangan pasangan non muhrim, menjamurnya industri asusila, terjaringnya pasangan penyuka sesama jenis (Liwath/Musahaqah), sampai mewabahnya tindak kekerasan hingga pembunuhan yang terjadi di Aceh, padahal di Aceh berlaku Syariat Islam. Kamarruzzaman Bustamam Ahmad dalam salah satu artikelnya menyimpulkan bahwa kasus bunuh diri di kalangan mahasiswa disebabkan oleh beberapa faktor diantaranya: Lingkungan pertem...

Kerentanan Keluarga, Sumber Masalah Multi Dimensi: Ekonomi dan Negara

Ketahanan Keluarga berpesan besar dalam menciptakan ketahanan sosial ekonomi suatu bangsa. Kerentanan keluarga, dapat menjadi akar bagi kerentanan sosial dan menciptakan masalah lain. Di suatu pagi, saya menikmati segelas kopi sambil membaca berita di gawai saya. Saya tertarik dengan salah satu judul berita Kompas.id yang mengungkap fakta merosotnya angka perkawinan di Indonesia beberapa tahun terakhir hingga 30 persen, sementara angka perceraian meningkat hingga 9 persen. Perkawinan kerap dilihat sebagai sesuatu yang sifatnya privat, urusan pribadi tiap individu, namun ternyata perkawinan memberi dampak yang besar bagi kelangsungan negara dalam hal ketahanan sosio-ekonomi, peningkatan kualitas sumber daya manusia, dan terkait dengan tumbuh dan berkembangnya ekonomi negara. Selain perihal ketahanan sosial dan ekonomi suatu negara yang dibahas di artikel Kompas.id tersebut , saya berpikir panjang bahwa kerentanan keluarga hari ini dan berbagai masalah yang berakar dari institusi sosial...

Posisi Perempuan dalam Kasus Komersialisasi Asmara dan Industri Asusila di Banda Aceh

  Ilmuwan sosial dan akademisi kenamaan Aceh, Kamaruzzaman Bustamam-Ahmad (KBA), dalam tulisan di laman pribadinya mengangkat tentang kasus “industri asusila” (prostitusi terselubung yang sedang marak) di Banda Aceh. Ia coba menyibak fenomena tersebut sebagai sebuah masalah atau patologi sosial di masyarakat kita sebagai sebuah hal yang meresahkan. Namun ada yang luput dari amatan KBA, bahwa perempuan-perempuan itu bukan semata subjek yang memilih dengan kesadaran penuh untuk menjadi pelaku asusila. Perempuan-perempuan tersebut juga bisa kita lihat sebagai korban dari konstruksi sosial-budaya yang dibentuk oleh pergeseran budaya massa di kalangan generasi muda, yang berakar pada kapitalisme dan budaya konsumerisme. Lewat tulisan ini saya coba mengangkat sebuah fenomena relasi paling natural antara laki-laki dan perempuan yang biasanya terikat dalam hubungan asmara, namun kini muncul varian hubungan asmara baru yang bertransformasi menjadi hubungan yang cenderung artifisial, direkat...

Persepsi Manusia dan Respon Intuitif

Manusia adalah makhluk intuitif yang mampu memaknai dan merespon banyak hal secara tak terduga. Pernahkah kamu merasakan waktu begitu cepat berlalu ketika duduk semeja dengan wanita cantik idamanmu? Ya, saat itu satu jam rasanya sangat sebentar. Pernyataan ini diungkapkan oleh Einstein sebagai basis argumennya terhadap relativitas waktu. Persepsi kita terhadap waktu bisa sama sekali berubah. Pengalaman kita seringkali mengubah persepsi kita tentang waktu. Pengetahuan kita juga kerap mengubah persepsi kita tentang keadaan. Visi juga berpotensi mengubah segalanya. Di tempat yang secara statistik dihuni oleh orang-orang yang rata-rata miskin dengan fasilitas publik yang terbatas dan lingkungan yang buruk seperti perkampungan kumuh di Brazil sana, lahir pemain bola semisal Ronaldo dan Ronaldinho yang mampu mengguncang dunia. Mereka tak larut dengan kondisi dan lingkungannya. Mereka punya mimpi. Mimpi itu mampu membuat mereka mengubah keadaan, bukan keadaan yang mengubah mereka....

Kebaikan di Sekitar Kita

Foto: unsplash Di tengah dunia yang makin modern dan maju, banyak yang merasa bahwa kebaikan semakin langka. Manusia menjadi begitu rakus dan serakah. Kehidupan kita makin mengarah pada orientasi materi semata. Mungkin nilai-nilai moral dan budi pekerti menjadi semakin langka. Dunia hari ini yang dilatarbelakangi pemikiran bercorak kapitalisme memang melihat keuntungan materi atau profit sebagai suatu tujuan yang niscaya. Hal ini seringkali mengikis rasa kemanusiaan kita yang paling asasi. Manusia sejatinya identik dengan nilai, moral, keluhuran budi pekerti, semangat kebersamaan serta gotong-royong. Sementara dalam upaya meraih keuntungan, manusia seringkali menghalalkan segala cara. Kerakusan dan ketamakan menjadi sifat yang bukan saja dituruti, malah dianggap wajar. Kerakusan dan ketamakan yang mewabah itu mungkin bisa kita lihat dari perilaku sekelompok kecil orang-orang yang menguasai struktur politik dan ekonomi masyarakat, mereka disebut elit. Perilaku elit di dalam politik dan ...

Ideologi dan Perubahan Tidak Lahir dari Ruang Kosong

Di satu sesi forum diskusi di Badan Kesbangpol Aceh, ketika teman saya yang merupakan peneliti ilmu politik, Mirza Ardi, memaparkan tentang matinya narasi ideologi di Pilkada, saya berkesempatan untuk menanggapi pemaparannya. Bagi saya, matinya ideologi atau narasi ideologis bukan lahir dari ruang kosong, melainkan terkait dengan faktor kesejarahan atau konteks zaman. Ada dua faktor yang menurut saya menjadi konteks yang melahirkan ideologi: 1. Collective suffering, dengan adanya penderitaan kolektif, kondisi tersebut memantik. 2. Collective consciousness (kesadaran kolektif). Ideologi tidak lahir secara tiba-tiba, muncul begitu saja secara sporadis dari pemikiran seorang pemikir. Faktor kesejarahan di era tersebut yang kemudian membuat seorang pemikir kemudian merumuskan sebuah ideologi dalam upaya menciptakan tatanan yang lebih baik. Apabila kita merujuk kepada sejarah modern dunia, lahirnya liberalisme klasik berawal dari penderitaan kaum petani atas paj...

Tentang Pemuda Iran di Malaysia dan Upaya Merawat Keyakinan Beragama

Suatu malam di tahun 2008, ketika saya masih tinggal di Kuala Lumpur, saya dan beberapa orang teman waktu itu menyewa mobil dari salah satu penyewa mobil yang merupakan mahasiswa asal Iran. Sepertinya ia berasal dari keluarga berkecukupan. Ia kuliah sambil berbisnis rental mobil yang dikhususkan bagi para mahasiswa. Saat itu mobil yang kami sewa mogok, kami terpaksa menelepon pemilik mobil sewa tersebut yang langsung menghampiri kami dan menjemput dengan mobil lain. Mobil yang mogok ditinggalkan di lokasi. Kami pulang dengan mobil jemputan milik si penyewa. Dalam perjalanan pulang kami bercerita dan membahas banyak hal. Pemilik bisnis mobil rental yang merupakan mahasiswa asal Iran itu, sebut saja namanya Reza, bertanya kepada saya yang ia ketahui berasal dari Indonesia. "Di Jakarta, mobil mewah seperti Ferrari, Porsche atau Lamborghini tidak sebanyak di Kuala Lumpur ya?" Saya menjawab, "Mungkin karena Jakarta terlalu luas dan jumlah kendaraan terlalu banyak,...

Irwan dan Illiza Memperebutkan Suara Anak Muda

Teuku Irwan Djohan adalah calon walikota yang punya basis pemilih setia di Kota Banda Aceh. Basis pemilih setianya berasal dari pemilih di beberapa kali pemilihan legislatif yang mengantarkan Irwan ke kursi DPRA. Irwan punya nama besar orang tua, Mayjen. Purn. Teuku Djohan, perwira militer yang kemudian berkarir politik di Golkar. Nama besar orang tua Irwan punya citra baik bagi masyarakat Aceh. Jejaring keluarga Irwan adalah keluarga besar yang juga punya reputasi baik. Sementara itu, Illiza Saaduddin Djamal adalah calon walikota yang juga berasal dari keluarga yang cukup populer, adalah anak Sa'aduddin Djamal, tokoh agamis yang merupakan mantan politisi senior di PPP. Latar belakang keluarga Illiza bisa dikatakan berlatar belakang agamis. Irwan dan Illiza adalah dua tokoh yang merupakan bagian dari keluarga elite politik lama. Keduanya punya modal jejaring keluarga yang kuat dan reputasi yang baik. Hingga saat ini menjelang Pilkada, di kalangan pemilih muda, kelas menengah dan te...

Hubungan Ulama dan Umara di Tiga Kerajaan di Nagan Raya: Peran Bersama Dalam Budaya Pertanian

Sebagaimana kuatnya peranan Ulama dalam mempengaruhi kebijakan kepemimpinan dalam Kesultanan Aceh, begitu pula dengan kerajaan-kerajaan kecil lainnya di Aceh. Hampir di setiap kerajaan kecil ini mempunyai ulama sebagai penasehat dan bahkan bisa dikatakan sebagai mitra kerja para raja. Para ulama ini ada yang menyebutnya sebagai Mufti dan sebagian tempat menjuluki mereka dengan sebutan Teungku Qadhi. Tanpa terkecuali termasuk Kerajaan Seunagan, Kerajaan Seuneu‘am dan Kerajaan Beutong Benggalang berada di wilayah yang kini dikenal sebagai Kabupaten Nagan Raya. Dimana dalam perjalanan sejarahnya, di ketiga kerajaan ini, hubungan para ulama dengan para raja sangatlah kental dan terjaga. Keterlibatan ulama dalam kepemimpinan di Nagan Raya sudah mulai terjalin kuat sejak era kerajaan, kuatnya hubungan ini juga mempengaruhi kebijakan pemerintahan raja-raja di Nagan. Bahkan hubungan semacam ini sudah menjadi hubungan emosional antara guru dan murid, sebagaimana hubungan antara Raja Seunagan Te...

Renungan Personal tentang Pemimpin dan Kepemimpinan

  Dalam momentum menjelang pilkada 2024 ini, kemungkinan besar banyak pihak, termasuk masyarakat umum, akan tertarik dalam pusaran pertarungan untuk memenangkan jagoan kandidatnya masing-masing.  Terlepas dari ikatan preferensi politik, profesi , maupun tendensi afiliasi politik, saya kali ini ingin menulis sebuah ekspresi tentang kepemimpinan ideal dalam sisi yang paling privat dan personal, tanpa ada ikatan atau embel-embel apapun.  Dalam sisi personalitas yang paling privat, sebagai manusia yang merdeka untuk berpikir, sebagai seorang yang dikaruniai nalar dalam berkontemplasi melampaui realitas praktis, saya coba memetik hikmah dari sebuah renungan tentang pemimpin dan kepemimpinan ideal, serta upaya mewujudkannya.  Apakah kepemimpinan ideal itu dan seperti apakah sosok pemimpin ideal? Dengan jujur saya akan mengambil posisi mempertimbangkan nilai-nilai keislaman sebagai pijakan rasional dan filosofis, dengan segala keterbatasan penguasaan saya terhadap Islam itu...

Postingan populer dari blog ini

Posisi Perempuan dalam Kasus Komersialisasi Asmara dan Industri Asusila di Banda Aceh

  Ilmuwan sosial dan akademisi kenamaan Aceh, Kamaruzzaman Bustamam-Ahmad (KBA), dalam tulisan di laman pribadinya mengangkat tentang kasus “industri asusila” (prostitusi terselubung yang sedang marak) di Banda Aceh. Ia coba menyibak fenomena tersebut sebagai sebuah masalah atau patologi sosial di masyarakat kita sebagai sebuah hal yang meresahkan. Namun ada yang luput dari amatan KBA, bahwa perempuan-perempuan itu bukan semata subjek yang memilih dengan kesadaran penuh untuk menjadi pelaku asusila. Perempuan-perempuan tersebut juga bisa kita lihat sebagai korban dari konstruksi sosial-budaya yang dibentuk oleh pergeseran budaya massa di kalangan generasi muda, yang berakar pada kapitalisme dan budaya konsumerisme. Lewat tulisan ini saya coba mengangkat sebuah fenomena relasi paling natural antara laki-laki dan perempuan yang biasanya terikat dalam hubungan asmara, namun kini muncul varian hubungan asmara baru yang bertransformasi menjadi hubungan yang cenderung artifisial, direkat...

Mengapa Negeri Syariat tidak Bersyariat? Menjelaskan Anomali Sosial di Aceh

Aceh sebagai daerah yang berlaku syariat Islam namun marak muncul kasus yang mencoreng citra syariat. Tulisan berikut mencoba menganalisis persoalan kompleks ini, salah satunya adalah makin berjaraknya Islam dan syariat dari alam pikiran dan kesadaran generasi muda Aceh.  Tulisan ini merupakan tanggapan dari tulisan Putri Balqis Vilza berjudul Anomali Sosial dalam Pelaksanaan Syariat Islam di Aceh yang ditulis di laman website kba13.com milik Prof. Kamaruzzaman Bustamam-Ahmad. Putri coba mengangkat keresahannya mengenai maraknya angka bunuh diri pada mahasiswa, operasi tangkap tangan pasangan non muhrim, menjamurnya industri asusila, terjaringnya pasangan penyuka sesama jenis (Liwath/Musahaqah), sampai mewabahnya tindak kekerasan hingga pembunuhan yang terjadi di Aceh, padahal di Aceh berlaku Syariat Islam. Kamarruzzaman Bustamam Ahmad dalam salah satu artikelnya menyimpulkan bahwa kasus bunuh diri di kalangan mahasiswa disebabkan oleh beberapa faktor diantaranya: Lingkungan pertem...

Hubungan Ulama dan Umara di Tiga Kerajaan di Nagan Raya: Peran Bersama Dalam Budaya Pertanian

Sebagaimana kuatnya peranan Ulama dalam mempengaruhi kebijakan kepemimpinan dalam Kesultanan Aceh, begitu pula dengan kerajaan-kerajaan kecil lainnya di Aceh. Hampir di setiap kerajaan kecil ini mempunyai ulama sebagai penasehat dan bahkan bisa dikatakan sebagai mitra kerja para raja. Para ulama ini ada yang menyebutnya sebagai Mufti dan sebagian tempat menjuluki mereka dengan sebutan Teungku Qadhi. Tanpa terkecuali termasuk Kerajaan Seunagan, Kerajaan Seuneu‘am dan Kerajaan Beutong Benggalang berada di wilayah yang kini dikenal sebagai Kabupaten Nagan Raya. Dimana dalam perjalanan sejarahnya, di ketiga kerajaan ini, hubungan para ulama dengan para raja sangatlah kental dan terjaga. Keterlibatan ulama dalam kepemimpinan di Nagan Raya sudah mulai terjalin kuat sejak era kerajaan, kuatnya hubungan ini juga mempengaruhi kebijakan pemerintahan raja-raja di Nagan. Bahkan hubungan semacam ini sudah menjadi hubungan emosional antara guru dan murid, sebagaimana hubungan antara Raja Seunagan Te...